No Antri, No Ribet, No Calo
Teet.... Teeettt…. Teeettttttt…
Aktivitas pagi ini sudah dipanggil. Suara bel motor tukang sayur lewat
sudah menghiasi telinga para bunda untuk segera menunjukkan keterampilan
tangannya di dapur. Jarum jam masih menunjukkan pukul 05.20. Tapi bunda telah
menanak nasi dan merebus air panas untuk mandi anak-anaknya serta bersiap di
depan wajan penggorengan. Sang ayah sudah bergelut dengan hewan piaraan. Serta
anak-anaknya bermain dengan ayam, kelinci, burung yang sedang dirawat ayahnya.
“Syalalala…. Lele goreng… Lele goreng… Kesukaan Kakak…”, teriak Bunda
dari dapur. Dalam waktu kurang dari satu jam makanan pun siap di atas meja.
Secepat kilat menyambar, anak-anak dimandikan Bundanya. Dengan penuh
keceriaan Kakak dan Adik ramai dimandikan Bunda. Bunda menarik handuk yang
menggantung lalu membalutkannya di tubuh sang Kakak. Disahutnya lagi handuk merah
yang lebih kecil dan digendongnya si Adik ke kamar. Di depan suara motor berdendang
sedang dinyalakan Ayah supaya siap melaju dengan kencang. Sementara nasi dan
lele goreng setia menunggu.
“Makan disuapin ya, Bun?”, rengek Kakak.
“Apa Kakak sudah siap? Duduk sambil pakai sepatu nanti bunda yang suapin.”
Sahut Bunda dari kamar yang sedang berhias kilat usai mandi.
“Oke Bunda.”
Cahaya matahari telah menembus jendela kaca di dapur belakang. Ayah siap
mengantar Kakak dan Bunda siap berangkat bekerja. Berhubung Ayah sedang libur
maka hari ini Adik pun ikut dan akan bermain dengan sang Ayah seharian. Saat semua
telah siap hal tak terduga terjadi.
“Punya motor satu aja ribet banget.”, keluh Bunda.
“Kenapa sih, Bun?, tanya Ayah.
“Ya ini…”, Bunda sambil menunjuk
ban motor bebeknya.
“Yaudah sini tak anter.”, redam Ayah
yang melihat Bunda mulai bermuka jelek.
“Ya… Tapi nanti dijemput ya?”
“Beres…”
Akhirnya semua naik mobil bersama. Kebetulan sekolah kakak dan tempat
kerja bunda searah.
“Oiya, Bun. STNK motornya mana? Coba sekalian nanti tak bayar pajaknya.”,
tanya Ayah.
“Tapi lo Yah harus nunggu, kalau nggak ditunggu lama terus malah dimakan
calo.”, keluh Bunda.
“Kok bisa?”, Ayah penasaran.
“Iya yang tahun kemarin lo aku disuruh ninggal uang 300 ribu, padahal cuma
200 ribuan habisnya. Tapi tidak ada kembalian sisanya.”
“Iyaa tau habisnya 203 ribu apa 204 ribu gitu lo…”, jelas Ayah.
“Lupa pokoknya aku bayar 300 ribu tapi gak dibalikin. Apa gara-gara yang
ambil Uti apa gimana ya? Sampek gak paham.”,Bunda heran.
“Tak cek sih ini habisnya 198.500 rupiah tapi gak tau ntar tak coba bayar
di Indomei. Katanya sih bisa.”, Ayah semakin penasaran.
“Okelah…”
Bunda menyodorkan uang 2 lembar 100 ribuan. Hari ini Bunda harus kerja karena
harus memberi penilaian murid-muridnya dan ada rapat dinas yang harus dihadiri
hari ini.
“Yeeey sudah sampai… Salim Bunda Ayah… Da… Da... Adik…”, Kakak
melambaikan tangan.
“Da… Da… Kakak.”, jawab Ayah sambil memutar setir dan segera mengantar
Bunda.
Baru 30 menit berlalu tiba-tiba sang Ayah kirim Whatsapp ke Bunda.
Ayah bilang kalau pajak motor sudah dibayar.
Kok cepet, Yah?, tanya Bunda dalam hati penasaran.
***
Aktivitas sehari sudah berlalu, Bunda segera menggendong tas di pundak dan
menanti kehadiran sang Ayah. Hanya hitungan menit ternyata sang Ayah sudah tiba
dan secepat kuda berlari sampailah di rumah bertemu anak-anak. Suasana santai
di rumah seperti duduk di tepi pantai, anginn berhembus sambil menikmati cuitan kakak
menggoda adiknya.
“Yah, bayar pajak tadi kok cepet banget?”, Bunda penasaran.
“Iya dong… ternyata di Indomei itu gak perlu lama langsung bayar
aja.”
“Butuhnya apa?”
“Yaudah tinggal bawa STNK yang asli sama uang buat bayar.”
“Terus, Yah?, Bunda makin penasaran
“Terus dapat SMS isinya dikasih link e-samsat Jatim.”
“Terus?”
“Yaudah diprint.”
“Lha kertasnya?”, Bunda heran.
“Ya kertas biasa.”, Ayah meyakinkan.
“Loh nggak apa-apa? Gak ada hologramnya lo?”
“Sudah kok dapat link dari e-samsat langsung jadi itu resmi bisa
digunakan.”
“Waaah mantap berarti nggak harus bayar calo.”, Bunda tersenyum
“Yaa jamannya kan sudah berubah, Bun.”
“Iyaa sih, jaman serba online ternyata jadi gampang juga yaa.”
Ayah hanya membalas senyuman.
“Bisa berbagi cerita ini berarti. Biar orang-orang bisa mengikuti jaman
serba teknologi dan serba online.”, Bunda tersenyum gembira sambil melanjutkan
mengetik naskahnya #Day3 buat disetor ke #30DWC sebagai peserta #30DWCJilid21. Salam
perjuangan #Pejuang30DWC. (tiesa)
#30DDWC #30DWCJilid21 #Day3 #Pejuang30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar