Laman

cari disini

Selasa, 17 Desember 2019

Menuju Kampus Perjuangan ITS


Menuju Kampus Perjuangan ITS

Hai, saya Titis, saya akan menceritakan kisah perjalananku hingga bisa masuk kuliah di kampus perjuangan. Semua pasti berawal dari cita-cita. Menurut saya cita-cita itu harus dimiliki. Tanpa tujuan kita akan kebingungan nantinya.
Dulu sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya sudah mengikat erat cita-cita untuk menjadi seorang wartawan. Menurutku itu cita-cita yang sangat keren karena di sekitar belum ada.  Namun,itu hanya bertahan sampai di awal masuk SMA (Sekolah Menengah Atas) saja. Saya mulai mengenal profesi-profesi lain selain guru, bidan, perawat, dokter, dan sejenisnya. Maklum di desa wawasan kuliah hanya itu-itu saja.
Saya bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses dan saya bisa kuliah di jurusan akuntansi atau di ITS. Itulah deklarasi hati kecil saya saat di SMA kelas sepuluh. Saya ingat betul itu karena saya juga masih bingung dan belum tahu ITS itu apa, dimana, kampus negeri apa bukan, dan jurusannya apa saja. Bahkan saya ingin masuk jurusan akuntansi di UI atau Unpad. Dimana itu? Belum ada internet geeeengs. Ikuti saja kata hati. Tapi tidak masalah yang terpenting saya punya cita-cita.
Saat itu guru les saya memberitahu ada try out dan menawari saya untuk ikut. Saya terima saja padahal tidak tahu itu tryout apa. Ternyata saya mengikuti Try Out Tes Masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Setelah saya jalani dan di hasil tryout nilai saya tidak terlalu tinggi namun diberi tanda pakai stabilo kuning.
Waaaah kenapa ini. Kataku dalam hati. Ooooh ternyata ini yang lolos ambang batas kelulusan. Syukur alhamdulilah dan mulai dari situlah cita-citaku berubah. Deklarasiku berubah. Saya yakin bisa masuk STAN atau ITS.
Sejak saat itu pula saya mulai belajar soal-soal STAN. Hari-hari SMA saya jalani dengan senyuman dan harus banyak teman. Aktif bermain kesana sini tapi sekolah harus nomor satu.
Singkat cerita tiba semester terakhir yaitu kelas 12 semester genap. Mulailah serba galau. Soal-soal STAN yang sedabreg belum tuntas selama 2 tahun. Belum ditambah buku soal UN (Ujian Nasional) masih bersegel baru dipegang karena bingung mau belajar dari mana dulu.
Akhirnya seperti siswa kelas 12 SMA dan SMK lainnya mulai dilanda kegalauan. Memikirkan bagaimana lulus UN dan bisa masuk kampus impian. Teman-teman berebut mengisi lembaran formulir pendaftaran di kampus impian mereka. Waktu itu sangat ramai menjadi guru, bidan, dan perawat. Tapi saya tidak berminat sama sekali karena  cita-cita saya tetap kuat nanti bisa kuliah di STAN atau ITS.
Semua saya lalui begitu panjang rasanya. Bagaimanapun UN harus lulus dan rata-rata harus 7,00 agar bisa memenuhi syarat mendaftar STAN. Saya mengikuti UN lalu tes masuk kuliah mulai dari PMDK Unair dan STIS yang disuguhi 250 soal waktu itu tetapi zonk. Kemudian saya keluar Pacitan ikut bimbingan belajar di Kediri. Lalu saya mengikuti tes SNMPTN (sekarang namanya UTBK/SBMPTN), STAN, UMPN, PMDK PENS, dan D3 Reguler ITS. Dari melalui ketujuh macam tes akhirnya masuk di ITS. Sungguh kampus perjuangan.  Di dalamnya pun rasanya perjuangan tiada akhir.

Adik-adik yang kelas 12 mau masuk kampus perjuangan? Rasakan dan nikmati perjuangannya. Pasti nanti kamu bahagia menjadi bagian dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS Surabaya). Ingat…. Milikilah CITA-CITA. Semoga berhasil.
#30DWC #30DWCJilid21 #Day6 #Pejuang30DWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar