Menuju Kampus Perjuangan ITS
Hai, saya Titis, saya akan
menceritakan kisah perjalananku hingga bisa masuk kuliah di kampus perjuangan. Semua
pasti berawal dari cita-cita. Menurut saya cita-cita itu harus dimiliki. Tanpa
tujuan kita akan kebingungan nantinya.
Dulu sejak SMP (Sekolah Menengah
Pertama) saya sudah mengikat erat cita-cita untuk menjadi seorang wartawan.
Menurutku itu cita-cita yang sangat keren karena di sekitar belum ada. Namun,itu hanya bertahan sampai di awal masuk
SMA (Sekolah Menengah Atas) saja. Saya mulai mengenal profesi-profesi lain
selain guru, bidan, perawat, dokter, dan sejenisnya. Maklum di desa wawasan
kuliah hanya itu-itu saja.
Saya bercita-cita menjadi seorang
pengusaha sukses dan saya bisa kuliah di jurusan akuntansi atau di ITS. Itulah deklarasi hati kecil saya
saat di SMA kelas sepuluh. Saya ingat betul itu karena saya juga masih bingung
dan belum tahu ITS itu apa, dimana, kampus negeri apa bukan, dan jurusannya apa
saja. Bahkan saya ingin masuk jurusan akuntansi di UI atau Unpad. Dimana itu? Belum
ada internet geeeengs. Ikuti saja kata hati. Tapi tidak masalah yang
terpenting saya punya cita-cita.
Saat itu guru les saya memberitahu
ada try out dan menawari saya untuk ikut. Saya terima saja padahal tidak
tahu itu tryout apa. Ternyata saya mengikuti Try Out Tes Masuk
STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Setelah saya jalani dan di hasil tryout
nilai saya tidak terlalu tinggi namun diberi tanda pakai stabilo kuning.
Waaaah kenapa ini. Kataku dalam hati. Ooooh ternyata
ini yang lolos ambang batas kelulusan. Syukur alhamdulilah dan mulai dari
situlah cita-citaku berubah. Deklarasiku berubah. Saya yakin bisa masuk STAN
atau ITS.
Sejak saat itu pula saya mulai
belajar soal-soal STAN. Hari-hari SMA saya jalani dengan senyuman dan harus
banyak teman. Aktif bermain kesana sini tapi sekolah harus nomor satu.
Singkat cerita tiba semester terakhir
yaitu kelas 12 semester genap. Mulailah serba galau. Soal-soal STAN yang
sedabreg belum tuntas selama 2 tahun. Belum ditambah buku soal UN (Ujian
Nasional) masih bersegel baru dipegang karena bingung mau belajar dari mana
dulu.
Akhirnya seperti siswa kelas 12 SMA
dan SMK lainnya mulai dilanda kegalauan. Memikirkan bagaimana lulus UN dan bisa
masuk kampus impian. Teman-teman berebut mengisi lembaran formulir pendaftaran di
kampus impian mereka. Waktu itu sangat ramai menjadi guru, bidan, dan perawat. Tapi
saya tidak berminat sama sekali karena cita-cita saya tetap kuat nanti bisa kuliah di
STAN atau ITS.
Semua saya lalui begitu panjang
rasanya. Bagaimanapun UN harus lulus dan rata-rata harus 7,00 agar bisa
memenuhi syarat mendaftar STAN. Saya mengikuti UN lalu tes masuk kuliah mulai
dari PMDK Unair dan STIS yang disuguhi 250 soal waktu itu tetapi zonk.
Kemudian saya keluar Pacitan ikut bimbingan belajar di Kediri. Lalu saya
mengikuti tes SNMPTN (sekarang namanya UTBK/SBMPTN), STAN, UMPN, PMDK PENS, dan
D3 Reguler ITS. Dari melalui ketujuh macam tes akhirnya masuk di ITS. Sungguh
kampus perjuangan. Di dalamnya pun rasanya
perjuangan tiada akhir.
Adik-adik yang kelas 12 mau masuk
kampus perjuangan? Rasakan dan nikmati perjuangannya. Pasti nanti kamu bahagia
menjadi bagian dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS
Surabaya). Ingat…. Milikilah CITA-CITA. Semoga berhasil.
#30DWC #30DWCJilid21 #Day6
#Pejuang30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar