Kenapa sih pilih menjadi penulis?
Bukannya sudah enak menjadi seorang
pengusaha?
Bukannya enak menjadi seorang
pengajar? Toh tiap hari ketemu murid-murid juga akhirnya menulis juga kan?
Iya semua itu mungkin ada
benarnya. Itu pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul jika aku akan memulai
menulis. Tapi apa salahnya aku mencoba untuk menulis. Walaupun aku juga tidak
tahu mau memulai darimana, memulai menulis apa, ilmunya menulis yang menarik
seperti apa, waktunya menulis kapan, dan banyak alasan lain yang masih
menyelimutiku.
Niat kecil jangan dimusnahkan
tapi dibangkitkan. Itu kata-kata yang aku gunakan sebagai pijakan pertama aku
memulai menulis. Sering niat itu tiba-tiba muncul dan lenyap begitu saja. Banyak
usaha untuk mempertahankan niat. Yaa…membuat trigger sendiri buat diri
sendiri. Aku membuka informasi lomba-lomba menulis di Instagram jika niat itu
kembali. Dan akhirnya kuputuskan mendaftar di beberapa lomba.
Aku tidak berpikir untuk menang
dan mendapat hadih utama saat mengikuti lomba menulis online. Pikiranku hanya
bagaimana aku bisa mempertahankan niat untuk menulis dan bagaimana akhirnya aku
biasa menulis. Aku yakin dengan kebiasaan menulis akan menjadi bisa.
Motivasi lain dari rekan kerja
yang jago menulis. Dia selalu menulis kapanpun ada waktu luang. Setiap kejadian
yang membuat perasaannya terlalu sedih atau terlalu bahagia selalu berubah
menjadi karya luar biasa. Tulisannya dia kirim melalui lomba menulis online dan
alhamdulilah selalu menang. Sungguh motivator nyata yang selalu ada.
Hidup itu menginspirasi banyak
orang. Seperti halnya ceritaku selalu menginspirasi murid-muridku. Mereka selalu
meminta kata-kata motivasi jika semangatnya mulai kendor. Kurang dari sejam
sudah berkobar kembali. Bahkan negosiasi kepada orang tua untuk mendapatkan
suatu keputusan tertentu mereka menghubungiku. Dan alhamdulilah hampir semuanya
berhasil dengan sekali jalan. Disitulah asam manis pengalaman pribadi muncul mungkin
nanti sebagai bumbu untuk karya yang luar biasa.
Memberi motivasi itu sama seperti
memotivasi diri sendiri. Semua cerita, motivasi, negosiasi yang aku lakukan itu
pengalaman yang luar biasa. Aku selalu ikut termotivasi juga untuk berbenah. Apapun
hal yang bisa memotivasi aku berikan pada murid-muridku. Aku juga selalu menginformasikan
lomba-lomba menulis kepada mereka dan jika salah satu dari mereka ikut lomba
itu maka aku juga harus ikutan. Muncullah motivasi tambahan…
Write like your speak. Sekarang kalau
dipikir-pikir kenapa ocehanku tidak ditulis saja ya? Kenapa hanya berupa cerita
yang lenyap begitu ada angin lewat. Putri Yuni Utami, mahasiswa lulusan
Linguistik Universitas Sebelas Maret, mengatakan rata-rata orang berbicara 125
sampai 150 kata per menit. Sehingga 20 menit bisa menggunakan sebanyak 2.500
kata. Jadi satu jam sekitar 7.500 kata.
Kereeeen… Ocehan sejam kalau
ditulis sudah menjadi sebuah novel dong.
Disitulah otak mulai memetakan
ide-ide brilian. Sedikit demi sedikit mulai action untuk menulis. Mau mengikuti
gaya menulis seperti apa silakan baca karya orang lain. Aku yakin menjadi passioned
writer sesungguhnya akan muncul begitu saja nantinya. So, menulis menjadikan
aku termotivasi untuk membaca.
Aku yakin dengan aku sering
membaca akan banyak ide dan nantinya juga mengubah pola pikir kita. Harapan besarku
akhirnya nanti menulis bisa mengubah tata bicara.
Semua butuh proses. Dari menulis,
membaca, hingga berkarya. Niat yang kuat juga harus dijaga. Jangan pikirkan
hal-hal negatif yang memadamkan niat. Berani berubah itu luar biasa.
Ini tulisan pertamaku sebagai
pemanasan mengikuti 30 Days Writing Challenge nanti yang akan dimulai
tanggal 10 Desember 2019. Ikuti terus tulisanku. Walau akupun tidak tahu apakah
aku berhasil menjadi seorang penulis konsisten atau tidak. Apakah aku mampu
menyelesaikan tantangan 30 DWC nanti.
Jangan hanya menjadi silent reader.
Setelah baca tulisanku ini silakan coba menulis. Aku juga seorang pemula. Ayo ikutan
tantangan 30 DWC. Buka informasinya di Instagram @pejuang30DWC. Kita berjuang bersama.
Jangan lupa tinggalkan tulisan di kolom komentar untuk masukan.
Berani mencoba itu keren lo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar